Pembelajaran pedagogi
Untuk pembelajaran semua orang
pasti melewatinya, karena tidak mungkin ada orang yang tidak melewati bangku
SD, SMP, dan SMA. Meskipun tidak semua jenjang pendidikan ini menerapkan
pembelajaran pedagogi bisa saja andragogi, namun sejauh ini dan pada umumnya untuk
tiga tingkatan belajar ini masih menggunakan pembelajaran pedagogi. Dimana
pedagogi merupakan suatu pembelajaran peserta didiknya disebut dengan”siswa”,
semua orang termasuk saya sendiri pernah menyandang sebutan ini selama kurang
lebih sembilan tahun. Kenapa disebut dengan siswa karena memang disini
fungsinya untuk diajari dan diberi masukan tentang ilmu pengetahuan dimana yang
mengajari dan memberikan ilmu pengetahuan disini adalah guru, tentunya guru
yang mempunyai ilmu pengetahuan.
Selanjutnya pembelajarannya yang
dependen, jadi bukan diri sendiri yang mencari ilmu tapi menerima ilmu. Saya
masih ingat waktu SD, SMP dan SMA guru memberikan materi tentang pelajaran,
guru mengajari apa, kenapa, mengapa, bagaimana ilmu penegtahuan itu, seperti
halnya pada pelajaran matematika, guru memberikan penjelasan tentang materi
disertakan dengan contoh sesuai materi barulah saya sebagai siswanya mengerti
akan materi matematika tersebut. Kalaulah misalnya tidak ada guru maka saya
akan sangat kesulitran dalam memahami materi matematika tersebut.
Tujuan pembelajaran pedagogi
sudah ditentukan oleh guru dan pihak sekolah, sehungga murid hanya mengikuti
dan menerima ilmu pengetahuan sebatas yang sudah ditentukan. Misalnya, dulu
waktu saya SD kelas 3, saya diajari perkalian 1 sampai 10, walaupun saya sudah
hafal dan sudah pandai perkalian 1 sampai 10, maka hanya akan sampai disitu
dulu belum boleh dilanjutkan dengan perkalian 11 sampai 20 atau selebihnya,
karena semua sudah ditentukan. Sebatas mana yang harus saya ketahui sudah
ditentukan dan dibagi-bagi waktu untuk mempelajarinya.
Pembelajaran pedagogi
cenderung pasif karena sifat pembelajaran dengan ceramah. Siswa mendengarkan
apa yang disampaiakan guru dengan tenang dan diam. Saya di SD, SMP dan SMA pada
saat guru menjelaskan harus benar-benar didengarkan jangan melakukan kegiatan
lain dan melihat guru yang memberikan pelajaran. Disini jika ada salah satu
siswa yang membuat kerecokan maka akan dihukum oleh guru karena dia tidak
mendengarkan guru yang memberikan ceramah pelajaran. Dan tak jarang juga saya
mendapat teguran dari guru karena membuat kerecokan saat guru menerangkan.
Guru mengontrol waktu dan
kecepatan, saya di SD, SMP dan SMA dulu yang mengontrol semua pembelajaran,
yang mengontrol waktu, jadwal,waku istirahat, waktu pulang dan lain sebagainya.
Guru yang mengontrol kecepatan selesainya sebuah materi, misalnya untuk materi
perkembangan dan pertumbuhan pada pelajaran biologi, guru yang menentukan
berapa lama materi itu, apakah selama satu kali pertemuan,dua kali pertemuan
atau sebagainya jadi kami sebagai siswa hanya menerima materi-materi yang sudah
dikontrol waktunya semua.
Dan juga pembelajaran pedagogi
berpusat pada teori-teori saja, saya di SD, SMP dan SMA hanya menerima
materi-materi yang bersifat teoritis saja tanpa aplikasi, karena untuk
aplikasinya nanti setelah kuliah atau kerja. Misalmnya pada pelajaran pada
pelajaran kimia , saya dan teman-teman saya hanya di ajari teori-teori
pencampuran senyawa, teori pembuatan obat, tanpa ada aplikasi, karena untuk
aplikasinya nanti setelah kuliah dibidang kimia atau kerja dalam pembuatan
obat.
Saat saya di SD, SMP dan SMA
saya hanya belajar dari apa yang diterangkan guru tanpa berfikir untuk
penerapannya di kehidupan nyata, karena memang saya juga belum berfikir untuk
penerapannya yang saya tahu bahwa guru mengajarkan saya tentang materi ini dan
saya hanya berusaha bagaimana saya memahaminya tanpa terlambat dari teman-teman
lainnya atau bahkan lebih cepat dari teman-teman lainnya. Sehingga membuat saya
sangat tergantung pada guru tentang materi yang tidak saya ketahui, saya
menganggap pelajaran itu adalah sesuatu yang harus saya kuasai dan untuk
menguasai itu saya hanya perlu guru untuk mempelajarinya tanpa berfikir bahwa
saya sendiripun mungkin bisa menguasainya. Namun karena sudah selalu bertanya
pada guru, membuat saya tergantung pada guru.
Pengalaman belajar saya juga
sedikit, hanya melihat guru, buku pelajaran dan materi yang dibawakan oleh guru.
Mempelajari apa yang dikatakan oleh guru saja supaya saya naik kelas dan lulus,
dan berusaha lebih tinggi nilai dari
teman-teman saya, orientasinya bagaimana saya bisa menguasai pelajaran bukan
bagaimana saya bisa memberikan pelajaran, bersaing dengan teman-tem an dalam
hal nilai siapa yang paling tinggi. Dan juga persaingan ini terjadi karena
motivasi dari luar. Seperti halnya saya jika nilai saya lebih tinggi dari
teman-teman saya maka saya akan mendapat juara satu, mendapat pujian dari guru
dan orang tua dan juga teman-teman lainnya serta mendapat hadiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar