Minggu, 20 April 2014

Evaluasi Observasi di SMP Harapan 2 Medan



Kelompok 15:
Ketua : Mariah ulfah (13-059)
Anggota :

1.     Persiapan awal
Pada saat penentuan sekolah untuk observasi, kelompok kami tidak begitu terkendala karena kami sudah mempunyai rencana sekolah tujuan karena salah satu anggota kelompok kami merupakan alumni dari sekolah tujuan kami.
Tujuan awal kami adalah SMA 1 harapan Medan, namun kami tidak bisa mendapatkan izin karena siswanya sedang ujian tengan semester, kemudian kami mencoba mi nta izin ke SMP Harapan 2 Medan, dan lagi kami tidak mendapatkan izin dengan alasan siswanya sedang ujian tengah semester. Selanjutnya kami mencoba ke SMP Harapan 2 Medan, dengan berbagai pertimbangan dari pihak sekolah kami diizinkan untuk melakukan observasi  di sekolah tersebut.
·         Profil sekolah
a)      Nama sekolah : SMP Harapa 2 medan
b)      Alamat                        : jl. Imam Bonjol No. 35 Medan
c)      Berdiri sejak    : 1967
d)     Jumlah kelas    : 13 kelas
e)      Biaya/bulan     :
akselarasi = Rp 1.500.000,00/bulan
reguler = Rp 750.000,00/bulan
f)       Nama kepala sekolah : Sabilal lubis, M.Pd
g)      Fasilitas sekolah :
·         labolatorium
·         musholla
·         kantin
·         lapangan
·         taman
·         toilet
·         koperasi
·         uks
·         perpustakaan

2.     Pelaksaan
kami melaksanakan observasi ke SMP Harapan 2 Medan pada tanggal 02 April 2014, pukul 11.30 WIB. Dan untuk observasi kami di tempatkan di kelas akselarasi 1. Lama observasi 60 menit.
Di kelas
Saat memasuki kelas akselarasi satu kami melihat kenyamanan tercipta, dengan ruangan yang full fasilitas. Saat pembelajaran dimulai :
·         Guru Membuka Pembelajaran ( kegiatan awal)
1.      Ketika  guru memasuki Kelas siswa duduk dengan rapi ditempat duduknya masing-      masing.
2.      Ketika guru memasuki kelas guru memberikan senyuman kepada siswa-siswinya lalu mengucapkan salam dan “selamat pagi anak-anak”.
3.      Kemudian guru dan siswa memulai pembelajaran dengan pembacaan do’a yang di pimpin oleh ketua kelasnya.
4.      Guru mengabsen siswa satu persatu.
5.      Guru menyiapkan peralatan mengajar seperti laptop, infocus, layar, dan buku pegangan guru (buku paket).
6.      Kemudian guru melakukan  proses belajar mengajar
·         Guru Menyampaikan Pembelajaran (kegiatan inti )
1.      Guru menginformasikan materi pelajaran yang akan dipelajari
2.       Guru menggunakan media infocus dalam menyampaikan materi pembelajaran.
3.      Guru menayangkan materi pembelajaran lewat slide melalui infocus
4.      Sebelum guru menjelaskan materi melalui media infocus guru melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari guna untuk mengetahui kemampuan siswa dalam materi yang akan dipelajari.
5.      Melalui media infocus guru menjelaskan materi, kemudian siswa mendengarkan dan mencatat bagian yang penting dari materi yang di jelaskan dan menanyakan jika kurang dimengerti.
6.      Melalui media infocus siswa mampu memahami penjelasan guru pada materi terkait.
7.      Melalui penjelasan guru, siswa mampu bertanya dan menjelaskan materi yang telah diajarkan guru.
8.      Melalui media infocus guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang materi terkait

3.     Teori Pendekatan dalam belajar
Teori behavioristik
Pendekatan behavioral adalah penekanan pada pengalaman (classical), terutama penguatan dan hukuman (operant), sebagai detrminan dari pembelajaran dan prilaku.
Classical conditioning
Clasical conditioning adalah sebentuk pembelajaran asosiatif dimana stimulus netral menjadi diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna dan menimbulkan kemampuan untuk mengeluarkan respon yang serupa.
Tokoh dalam classical conditioning adalah Ivan Pavlov, seorang Psikolog Rusia yang melakukan eksperiment terhadap seekor anjing pada awal 1900-an. Dalam eksprimennya, pavlov secraa rutin meletakkan bubur daging didepanmulut anjing yang menyebabkan anjing mengeluarkan air liur. Air liur yang dikeluarkan anjing menunjukkan bahwa anjing memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan yaitu bubur daging. Dan Pavlov menyadari bahwa asosiasi terhadap penglihatan dan suara dengan makanan ini merupakan tipe pembelajaran yang penting.
Dalam classical conditioning stimulus netral diasosiasikan dengan simulus yang bermakna dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respon yang sama. Dalam classical conditioning ini ada 2 tipe stimulus dan 2 tipe respon yaitu, unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR), conditioned stimulus (CS), dan conditioned response (CR).
Dimana US adalah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa ada pembelajaran erlebih dahulu. Dalam eksprimen Pavlov makanan adalah US. UR adalah respon yang tidak dipelajari secara otomatis dihasilkan oleh US, dalam ekspeimen pavlov air liur anjing merupakan UR. CS adalah stimulus yang sebelumnya adalah netral yang akhirnya menghasilkan CR setelah diasosiasikan oleh US. CR adalah reson yang dipelajari. Yakni respon terhadap stimulus yang terkondisikan yang muncul setelah terjadi pasangan US-CS.
Classical conditioning dapat berupa pengalaman positif bagi anak sekolah karena kesenangan pada guru pavorit, perasaan kelas yang aman dan menyenangkan serta kehangatan dan perhatian guru. Dan juga negatif seperti, rasa takut akan gagal ujian dan ditegor oleh guru, karena siswa mengasosiasikan ujian dengan kecemasan.
Dam eksprimen Pavlov ada terdapat generalisasi, diskriminasi dan pelenyapan, yang merupakan dampak dari eksprimen terhadap anjing.
Generalisasi adalah kecenderungan terhadap stimulus baru yang sama dengan yang asli untuk menghasilkan respon yang sama.
Diskriminasi adalah terjadi ketika organisme merespon stimulus tertentu tetapi tidak merespon stimulus lain.
Pelenyapan dalah pelemahan respon karena tidak adanya stimulus.
Operant conditioning
Operant conditioning ini juga dinamakan dengan “pengkondisian instrumental” adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi dari prilaku menhasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulang.
Tokoh dalam operant conditioning ini adalah B.f. skninner yang didasarkan pada E.L. Thondike.hukum efek Thondike menyatakan bahwa prilaku diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan prilaku yang diikuti dengan hasil negatif akan diperlemah.
Penguatan dan hukuman
Penguatan adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa prilaku akan terjadi. Ada 2 tipe penguat yaitu, penguat positif adalahfrekuensi respon meningkat karena diikuti dengan stimulus yag mendukung seperti hadiah dan pujian. Dan penguat negatif adalah frekuensi responmeningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan, misalnya ibu memarahi anaknya karena tidak mengerjakan PR.
Hukuman adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu prilaku. Hukuman biasanya terjadi jika seorang anak melakukan suatu kesalahan atau melanggar suatu peraturan dan hukuman ini biasanya yang merugikan si anak.
Generaliasasi dalan operan adalah memberikan respon yang sama terhadap stimulus yang sama.
Diskriminasi dalam operan adalah pembedaan diantara stimulus dan pembedaan lingkungan
Pelenyapan dalam operan adalah ketika respon penguat sebelumnya tidak lagi diperkuat dan responnya menurun.
Contoh penguat positif adalah siswa mengajukan pertanyaan yang bagus, konsekuensinya guru memuji siswa tersebut, hasilnya siswa tersebut jadi semakin rajin bertanya.
Contoh penguat negatif adalah siswa menyerahkan PR tepat waktu karena sebelumya pernah ditegus karena telat, konsekuensinya guru berhenti menegur siswa tersebut, hasilnya siswa tersebut semakin sering mengumpulkan PR tepat waktu.
Contoh hukuman adalah seorang siswa menyela guru saat menerangkan , konsekuensinya adalah guru menegur siswa secraa langsung, hasilnya siswa tersebut berhenti menyela penjelasan guru.
Pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif adalah teori yang menyatakan bahwanfaktor sosial, kognitif dan prilaku memainkan pean penting dalam pembelajaran. Pendekatan kognitif ini lebih menekankan pada pengamatan dan menirukan model.
Tokoh dalam pendekatan ini adalah Albert Bandura, dia mengatakan bahwa ketika murid belajar, mereka dapat mempresentasikan pengalaman mereka secara kogitif. Bandura jugamengembangakan model determine resiprokal yang terdiri dari 3 faktor utama yaitu, prilaku, kognitif dan lingkungan yang ketiganya ini saling mempengaruhi. Namun menurut bandura faktor person/kognitif yang paling berperan penting, sehingga adanya self-efficacy yaitu keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif.
Bobo doll juga merupakan eksprimen bandura yang sangat terkenal. Dalam eksprimen ini menekankan pada prilaku anak terhadap boneka bobo doll setelah anak menonton adegan film, dengan film yang diberikan penguat yang berbeda ada positif, negatif dan netral. Setelah menonton anak-anak dibiarkan didalam satu ruangan yang di dalamnya terdapat boneka bobo doll kemudian prilau anak diamati, didapat hasil bahwa anak tidak terlalu memandang ada atau tidaknya penguat pada setiap film tapi anak lebih terfokus pada model dan menirukannya pada boneka bobo doll.
Teori cara mengajar yang efektif :
Ø  Pengetahuan dan Keahlian Profesional
Berikut adalah strategi dengan pengetahuan dan keahlian profesional :
ü  Penguasaan materi pelajaran
ü  Strategi pengajaran, seorang harus harus memiliki strategi pengajaran yang dapat membuat anak-anak tidak merasa bosan dan terus merasa tertarik untuk belajar.
ü  Penetapan tujuan dan keahlian perencanaan instruksional, seorang guru harus memiliki tujuan dari apa yang di ajarkan pada anak-anak, sehingga ada perencanaan-perencanaan yang berurut dan baik.
ü  Keahlian menagemen kelas
ü  Keahlian motivasional, seorang guru harus memiliki motivasi yang tinggi sehingga bisa membagi motivasi  tersebut kepada anak-anak yang diajar.
ü  Keahlian komunikasi, seorang guru harus menjaga komunikasi yang baik dengan ana-anak yang diajar sehingga tetap tercipta intaksi yang hangat antara yang pelajar dan pengajar.
ü  Tidak membeda-bedakan latar belakang kultural yang berbeda dan bekerja secara efektif.
ü  Keahlian tekhnologi, pada era tekhnologi yang semakin berkembnag membuat seorang guru harus menguasai tekhnologi untuk menyeimbangkan dengan zaman.

Ø  Komitmen dan Motivasi
Menjadi guru yang efektif juga membutuhkan  komitmen dan motivasi. Aspek ini juga mencakup sikap yang baik dan perhatian terhadap murid.
Nah, bagaimana mengembangkan sikap positif dan mempertahankan semangat mengajar. Seorang guru pekerjaan yang menciptakan kesuksesan baru baginorang lain, seperti renungan seorang konsultan Carloz Dies (1997), mengomentari tentang Mrs. Oppel guru bahasa Inggriinya saat sekolah menengah atas:
“Hingga saat ini, setiap kali saya melihat kata tertentu (dearth, slake) saya langsung mengenalinya sebagai kosa kata Mrs. Oppel. Sebagai seorang guru dia sangat tenang dan fokus. Dia juga memperhatikan kekuatan bahasa dan keindahan sastra. Saya berutang budi kepadanya, setidaknya sebagian, karena berkat beliau saya jadi berusaha keras untuk menguasai bahasa inggris dan menjadi profesor dan penulis. Saya ingin bisa menanamkan karakter ini ke murid-mirid saya.”

Hasil laporan obesrvasi
Dari hasil pengamatan kelompok kami dan ditambah dengan sedikit wawancara dengan salah satu siswa yang ada didalam kelas akselarasi 1 tempat kelompok kami melakukan observasi, kelasa ini memiliki fasilitas kelas yang lengakap seperti: komputer, tv, ac, dispenser, in focus, white boart, loker, rak sepatu, globe, poster pelajaran, foto presiden dan wakil presiden. Pada saat pelajaran IPA ( biologi) yang membahas tentang sistem reproduksi guru menerangkan materi pelajaran hati itu dengan menggunakan fasilitas yang sudah disediakan seperti infocus kepada siswa denga jelas dan perlahan sampai siswa benar-benar paham tentang materi tersebut, siswa tampak sangat antusias dalam pembelajaran dibuktikan dengan bebrapa pertanyaan yang berhubungan dengan meteri yang diajukan oleh siswa, dan karena siswa yang sangat aktif bertanya dan ingin didahulukan membuat tuang kelas kurang kondusif namun tetap terasa seru. Intraksi antara guru dan siswanya baik dibuktikan dengan siswa tidak malu bertanya apa yang tidak diketahui dan mengeluh jika guru memberikan terlalu banyak tugas walaupun akhirnya tugas tersebut tetap dikerjakan. Perlengkapan kelas yang sangat mendukung dan bersih menambah semangat siswa dalam belajar. Sesama siswa juga terjalin intraksi yang harmonis ditambah dengan jumlah siswa yang sedikit membuat mereka tampak akrab.
Namun berdasarkan wawancara terhadap salah satu siswa bahwa, mereka mirud akselarasi ini sering kali mendapat tekanan dari siswa dari kelas reguler karena mereka yang difasilitasi lengkap dan perhatian yang labih, tapi bukan berarti kelas reguler tidak diperhatikan. Siswa mengaku bahwa mereka sering dicap sombong oleh siswa reguler lainnya dikarenakan jadwal belajar siswa akselarasi yang padat yang membuat waktu mereka bermain dengan siswa reguler lainnya sedikit. Namun sejauh pengamatan mereka tetap tampak enjoy tanpa menghiraukan berita miring tentang mereka, dengan semangat belajar mereka yang tinggi dan keakraban yang terjalin diantara mereka satu kelas.
Menurut pengakuan beberapa siswa bahwa metode belajarnya sudah bagus hanya saja terkadang kurang efektif karena adanya guru yang berperan ganda dengan memengang 2 mata pelajaran dalam pengajaran, namun itu tidak terlalu masalah karena 2 mata pelajara yang di pegang satu guru ada sedikit hubungannya jadi tidak begitu membingungkan.
Metode belajar yang lebih mengarah kepada student center, bisa memberikan contoh bagi kelas reguler lain dan bahkan sekolah lain untuk lebih meningkatkan mutu pembelajaran. Dan untuk tata letak sekolah, sudah cukup bagus dan lengkap hanya saja kurang penjagan dari siswa, namun secara garis besar semua masih tampak bagus dan lengkap, sangat memadai untuk siswa.

Rangkuman hasil observasi
Menurut kelompok kami di SMP harapan 2 medan di kelas akselarasi 1. Metode pembelajaran yang digunakan adalah student learning center, siswa mencari sendiri apa yang ingin diketahui baik itu mencari dalam buku atau bertanya pada guru, siswa yang mengetahui apa yang sudah dipahamia atau belum. Namun tetap juga ada unsur behavioral dalam pembelajaran dengan guru memberikan pujian untuk menambah motivasi siswa dan hukuman untuk membuat siswa jera. Pembelajaran berlangsung ssangat aktif dengan antusias siswa dalam belajar. Namun dengan kondisi kelas yang kurang kondusif membuat guru tekadang kewalahan mengontrol siswa. Dan untuk pelanggaran peraturan tidak terdapat di kelas akselarasi 1 tersebut.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar